FENOMENA ALAM DI SAMOSIR
(Disusun untuk Memenuhi
Tugas Mata Kuliah Teknik Komunikasi)
OLEH :
TANTA RIWINA SITANGGANG
21040111060011
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2012
ABSTRAK
Laporan yang berjudul “Fenomena Alam di Samosir”
membahas tentang keadaan alam Samosir yang sebahagian wilayahnya rentan
terhadap bencana longsor. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui
beberapa penyebab terjadinya longsor, yang dapat menghambat aktivitas
masyarakat sebagai makhluk sosial. Metode yang digunakan adalah metode
pengumpulan data. Berdasarkan data yang dieroleh, longsor sebagian besar
diakibatkan oleh hujan, lereng terjal, tanah yang kurang padat dan tebal, batuan
yang kurang kuat, dan lain sebagainya. Solusi dalam menangani bencana longsor dapat
berupa pembangunan tanggul yang kokoh,
relatif tinggi dan tidak mudah rusak, serta melakukan penanaman pohon agar
dapat menahan air.
A. PENDAHULUAN
Samosir terletak pada koordinat 2°24’ - 2°45’ LU dan 98°21’- 99°55’ BT serta merupakan pulau di atas pulau. Namun, pada
kenyataannya ada beberapa tempat yang rentan terhadap bencana longsor, seperti
daerah Tele yang merupakan salah satu akses menuju tempat ini.
Longsor dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti hujan, lereng
terjal, tanah yang kurang padat dan tebal, batuan yang kurang kuat, jenis tata
lahan, getaran, susut muka air danau atau bendungan, adanya beban tambahan,
pengikisan/erosi, adanya material timbunan pada tebing, bekas longsoran lama,
adanya bidang diskontinuitas (bidang tidak sinambung), penggundulan hutan,
daerah pembuangan sampah. Keadaan ini menjadikan kerusakan alam dan fasilitas yang
sudah ada. Dengan demikian, dibutuhan solusi yang mampu menyelesaikan masalah
tersebut.
B. ISSU PERMASALAHAN
Kabupaten Samosir memiliki
beberapa tempat yang rentan terhadap bencana longsor, seperti daerah Tele yang
merupakan salah satu akses menuju tempat ini. Keadaan ini menjadikan masyarakat
dan para wisatawan sulit mencapai tempat ini, terutam ketika musim hujan tiba. Tanah longsor terjadi ketika stabilitas
kemiringan perubahan dari stabil ke kondisi tidak stabil. Suatu perubahan dalam
stabilitas lereng dapat disebabkan oleh sejumlah faktor, bertindak bersama-sama
atau sendirian.
C. PEMBAHASAN
Longsor merupakan suatu bentuk erosi dimana pemindahan tanahnya terjadi
pada suatu saat dan melibatkan volume besar tanah. Longsor terjadi akibat
meluncurnya suatu volume tanah di atas suatu lapisan agak kedap air yang jenuh
air (Munir, 2006:294).
Menurut Arsyad (1989: 31) longsor terjadi sebagai akibat meluncurnya suatu
volume tanah di atas suatu lapisan agak kedap air yang jenuh air. Lapisan
yang terdiri dari tanah liat atau mengandung kadar liat akan bertindak sebagai
peluncur.
Sedangkan menurut Suprapto Dibyosaputro (1992: 27) Longsorlahan adalah
salah satu tipe gerakan massa batuan dan tanah menuruni lereng akibat gaya
gravitasi bumi.
Beberapa ahli mendefinisikan longsor (landslide) sebagai suatu
pergerakan massa batuan, tanah, atau bahan rombakan material penyusun lereng
yang bergerak ke bawah atau ke luar lereng karena pengaruh gravitasi. Tanah
longsor terjadi apabila gaya pendorong pada lereng lebih besar dari pada gaya
penahan. Gaya penahan pada umumnya dipengaruhi oleh kekuatan batuan dan
kepadatan tanah. Sedangkan gaya pendorong dipengaruhi oleh besarnya sudut
lereng, air, beban serta berat jenis tanah atau batuan (PVMBG, 2008)
D. PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan
beberapa pendapat tokoh tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa longsor
adalah pergerakan suatu material penyusun lereng
berupa massa batuan, tanah, atau bahan rombakan material (yang merupakan
percampuran tanah dan batuan) menuruni lereng, yang terjadi apabila gaya
pendorong pada lereng lebih besar dari pada gaya penahan, yang disebakan oleh
beberapa fakor, seperti hujan, lereng terjal, tanah yang kurang padat dan tebal,
batuan yang kurang kuat, jenis tata lahan, getaran, susut muka air danau atau
bendungan, adanya beban tambahan, pengikisan/erosi, adanya material timbunan
pada tebing, bekas longsoran lama, adanya bidang diskontinuitas (bidang tidak
sinambung), penggundulan hutan, daerah pembuangan sampah. Proses tersebut
melalui tiga tahapan, yaitu pelepasan, pengangkutan atau pergerakan, dan
pengendapan.
Sebagai
solusi dalam mengatasinya maka diperlukan penanaman pohon, menciptakan RTRH,
melakukan relokasi, dan lain sebagainya.
E. REFERENSI