Jumat, 29 Juni 2012

FENOMENA ALAM DI SAMOSIR



FENOMENA ALAM DI SAMOSIR
(Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknik Komunikasi)





OLEH :

TANTA RIWINA SITANGGANG
21040111060011


PROGRAM STUDI DIPLOMA III
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2012

ABSTRAK

Laporan yang berjudul “Fenomena Alam di Samosir” membahas tentang keadaan alam Samosir yang sebahagian wilayahnya rentan terhadap bencana longsor. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui beberapa penyebab terjadinya longsor, yang dapat menghambat aktivitas masyarakat sebagai makhluk sosial. Metode yang digunakan adalah metode pengumpulan data. Berdasarkan data yang dieroleh, longsor sebagian besar diakibatkan oleh hujan, lereng terjal, tanah yang kurang padat dan tebal, batuan yang kurang kuat, dan lain sebagainya. Solusi dalam menangani bencana longsor dapat berupa pembangunan tanggul yang kokoh, relatif tinggi dan tidak mudah rusak, serta melakukan penanaman pohon agar dapat menahan air.

A.  PENDAHULUAN
Samosir terletak pada koordinat 2°24’ - 2°45’ LU dan 98°21’- 99°55’ BT serta merupakan pulau di atas pulau. Namun, pada kenyataannya ada beberapa tempat yang rentan terhadap bencana longsor, seperti daerah Tele yang merupakan salah satu akses menuju tempat ini.
Longsor dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti hujan, lereng terjal, tanah yang kurang padat dan tebal, batuan yang kurang kuat, jenis tata lahan, getaran, susut muka air danau atau bendungan, adanya beban tambahan, pengikisan/erosi, adanya material timbunan pada tebing, bekas longsoran lama, adanya bidang diskontinuitas (bidang tidak sinambung), penggundulan hutan, daerah pembuangan sampah. Keadaan ini menjadikan kerusakan alam dan fasilitas yang sudah ada. Dengan demikian, dibutuhan solusi yang mampu menyelesaikan masalah tersebut.

B.  ISSU PERMASALAHAN
Kabupaten Samosir memiliki beberapa tempat yang rentan terhadap bencana longsor, seperti daerah Tele yang merupakan salah satu akses menuju tempat ini. Keadaan ini menjadikan masyarakat dan para wisatawan sulit mencapai tempat ini, terutam ketika musim hujan tiba. Tanah longsor terjadi ketika stabilitas kemiringan perubahan dari stabil ke kondisi tidak stabil. Suatu perubahan dalam stabilitas lereng dapat disebabkan oleh sejumlah faktor, bertindak bersama-sama atau sendirian.

C.  PEMBAHASAN
Longsor merupakan suatu bentuk erosi dimana pemindahan tanahnya terjadi pada suatu saat dan melibatkan volume besar tanah. Longsor terjadi akibat meluncurnya suatu volume tanah di atas suatu lapisan agak kedap air yang jenuh air (Munir, 2006:294).
Menurut Arsyad (1989: 31) longsor terjadi sebagai akibat meluncurnya suatu volume tanah di atas suatu lapisan agak kedap air yang jenuh air. Lapisan yang terdiri dari tanah liat atau mengandung kadar liat akan bertindak sebagai peluncur.
Sedangkan menurut Suprapto Dibyosaputro (1992: 27) Longsorlahan adalah salah satu tipe gerakan massa batuan dan tanah menuruni lereng akibat gaya gravitasi bumi.
Beberapa ahli mendefinisikan longsor (landslide) sebagai suatu pergerakan massa batuan, tanah, atau bahan rombakan material penyusun lereng yang bergerak ke bawah atau ke luar lereng karena pengaruh gravitasi. Tanah longsor terjadi apabila gaya pendorong pada lereng lebih besar dari pada gaya penahan. Gaya penahan pada umumnya dipengaruhi oleh kekuatan batuan dan kepadatan tanah. Sedangkan gaya pendorong dipengaruhi oleh besarnya sudut lereng, air, beban serta berat jenis tanah atau batuan (PVMBG, 2008)

D.  PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan beberapa pendapat tokoh tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa longsor adalah pergerakan suatu material penyusun lereng berupa massa batuan, tanah, atau bahan rombakan material (yang merupakan percampuran tanah dan batuan) menuruni lereng, yang terjadi apabila gaya pendorong pada lereng lebih besar dari pada gaya penahan, yang disebakan oleh beberapa fakor, seperti hujan, lereng terjal, tanah yang kurang padat dan tebal, batuan yang kurang kuat, jenis tata lahan, getaran, susut muka air danau atau bendungan, adanya beban tambahan, pengikisan/erosi, adanya material timbunan pada tebing, bekas longsoran lama, adanya bidang diskontinuitas (bidang tidak sinambung), penggundulan hutan, daerah pembuangan sampah. Proses tersebut melalui tiga tahapan, yaitu pelepasan, pengangkutan atau pergerakan, dan pengendapan.
Sebagai solusi dalam mengatasinya maka diperlukan penanaman pohon, menciptakan RTRH, melakukan relokasi, dan lain sebagainya.

E.  REFERENSI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar